Saturday, September 23, 2023

Pemilih Primordial dan Pemilih Rasional di Indonesia


Foto: Artikula.id

Pemilihan umum tak terasa sebentar lagi akan kembali hadir, setelah dua periode penuh presiden Joko Widodo menjalankan roda pemerintahan. Banyak pengalaman berharga yang kita dapat dari pemilu sebelumnya tersebut, bagaimana para kontestan yakni Joko Widodo bersaing dengan Prabowo Subianto untuk mencapai karir politik tertinggi mereka, yang pada akhirnya di menangkan oleh Pak Joko Widodo yang juga sukses mengalahkan Prabowo Subianto selama dua kali pemilu berturut-turut.

Jika kita melihat karakter para peserta pemilu di Indonesia, maka paling tidak secara garis besar atau secara umum ada dua tipe pemilih di Indonesia, yakni pemilih rasional dan pemilih tradisional atau primordial.

Tipe pemilih pertama adalah pemilih rasional, pemilih rasional ini lebih kepada memilih karena alasan-alasan logis, misalnya berdasarkan visi, misi dan track record atau rekam jejak tokoh politik tersebut. Tipe pemilih seperti ini sifatnya sangat kritis dan penuh pertimbangan, walaupun ada penilaian subjektif juga, misalnya kesamaan suku, gender atau bahkan agama, namun sifatnya tidak dominan. Kebanyakan pemilih rasional adalah di dominasi oleh anak-anak muda yang pemikirannya cenderung kritis, melek teknologi dan informasi. Menurut informasi yang di ambil dari the indonesianinstitute.com, bahwa data statistik pemuda indonesia tahun 2021 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat 95,57 persen pemuda menggunakan smartphone selama tiga bulan terakhir. Selain itu terdapat pula 22,19 persen pemuda yang menggunakan komputer dan 90,17 persen pemuda menggunakan internet selama tiga bulan terakhir. Rentang usia dari pemuda tersebut bervariasi dari 17 sampai 30 tahun. Dari data tersebut, jelas bahwa para pemuda yang bisa disebut masuk generasi Y(Millenial) atau gen Z atau dibawah generasi milenial/lebih muda, mereka inilah yang memiliki akses informasi terhadap seluk-beluk capres tersebut, dari mulai visi, misi dan juga rekam jejak para politikus atau calon pemimpin yang akan di pilih. Jelas disini kesimpulannya adalah bahwa para pemilih rasional ini di dominasi oleh para pemuda yang berpendidikan, dan melek teknologi. 

Tipe pemilih kedua adalah pemilih Primordial atau bisa di sebut pemilih politik identitas. Pemilih seperti ini lebih cenderung memilih atas dasar kesamaan agama, suku dan juga cara pandang tradisional lainnya. Pemilih seperti inilah yang menurut saya saat ini lebih mendominasi pemilih di Indonesia. Mengapa demikian, jika kita berkaca dari pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2017 yang lalu, dimana Anis Baswedan terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022. Kemenangan Anis Baswedan saat itu di tengarai menggunakan politik identitas atau agama, yang hampir saja terjadi gesekan atau konflik horizontal sesama warga Jakarta bahkan eskalasi nya meningkat juga di berbagai daerah di Indonesia. Saat itu lawan politik Anis Baswedan adalah Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Namun Ahok kalah tipis dari Anis Baswedan.

Berkaca dari pengalaman pemilu yang sudah-sudah, maka jika kita ingin mendapatkan pemimpin yang berkualitas, maka para pemilih di Indonesia haruslah memilih berdasarkan visi, misi, dan rekam jejak calon pemimpin tersebut. Dengan kata lain, jika Indonesia ingin maju, maka politik identitas harus segera di tinggalkan untuk mendapatkan pemilih yang berkualitas.

Walaupun saat ini pemilih primordial atau pemilih identitas masih mendominasi, lambat laun pasti jumlahnya akan semakin berkurang, seiring dengan meningkatnya kualitas pendidikan Indonesia dan semakin mendominasinya generasi Z yang berpendidikan dan melek teknologi dan informasi. Tugas para politisi jugalah untuk mendidik rakyat Indonesia agar meninggalkan politik identitas, bukan hanya meraih kekuasaan. Para politisi harus memberi contoh, yakni berkampanye berdasarkan visi, misi dan rencana yang logis untuk membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju. 

Semoga di pemilu tahun 2024 yang akan kita songsong tahun depan, kita semua yang memiliki hak pilih, memilih calon pemimpin berdasarkan ketajaman visi, misi dan rekam jejak calon pemimpin tersebut untuk Indonesia maju. 

No comments:

Post a Comment