Friday, September 27, 2013

Picture Tell More Than Words.


Recently i like to write anything in my blog; my personal experience, like what i see, what i do, what i feel, anything!. Every moment has different impression and story, some times i see the moment that i want to write and also take the picture. I feel the special moment not only can be written, but also can be told by give the picture, because people say picture tell more than word.

That's why, next time i want to write some of my stories consist of words and also pictures, and learn some technique of photography.


Sunday, September 15, 2013

In Life We Need Consistency !

Seorang juara dunia tinju seperti Mani Pacqiao tidak sekonyong-konyong menjadi juara dunia. Ia mulai dengan latihan ringan hingga berat, dengan bertanding di kelas kampung hingga kelas dunia. Seorang pesepak bola hebat seperti David Backham, berlatih sepak bola dari masa kanak-kanak. Sebelum tidur ia selalu melatih menendang bola sehingga terlatih hingga dewasa.

Saya teringat ketika saya di interview oleh seorang country manager di perusahaan saya bekerja saat ini, beliau mengatakan "Victor, in life we need consistency".
Untuk menjadi konsisten tidak mudah, butuh kekuatan, ketabahan, dan kerelaan, ya kerelaan untuk tetap konsisten berlatih menjadi lebih baik, konsisten dijalan yang kita anggap benar walaupun kita berjalan sendiri.

Kunci dari kesuksesan adalah konsistensi, apapun yang kita jalani tanpa konsistensi, hasilnya akan setengah-setengah, dan sia-sia belaka.

Untuk sukses kita butuh konsistensi, konsistensi untuk berjuang menggapai cita-cita.

Salam.




Friday, September 6, 2013

Pelajaran dari film Killing Season

Killing Season adalah sebuah film action yang mengisahkan dendam seorang mantan tentara serbia terhadap mantan tentara NATO yang pernah bertugas di serbia. Film ini menyoroti dua figur utama yakni Benjamin Ford, sebagai pensiunan tentara NATO yang diperankan oleh Robert de Niro, dan juga Emil Kovac, diperankan oleh JondraVolta yang adalah seorang mantan tentara Serbia. Film ini mengisahkan dendam kesumat Emil Kovac, yang melihat teman-temannya dibunuh oleh tentara NATO pada masa lalu. Emil Kovac sendiri selamat dari eksekusi tentara NATO karena sang tentara tidak menembak Emil Kovac yang pada waktu itu akan ditembak mati, adalah Benjamin Ford sendiri yang tidak menembakkan senjatanya ke kepala Emil Kovac.

Delapan belas tahun berlalu, Emil Kovac pun akhirnya menemukan sang veteran tentara NATO yang mengeksekusi tentara Serbia. Alur cerita yang cukup menarik, karena antara Benjamin dan Emil Kovac silih berganti untuk membunuh satu sama lain, namun tidak pernah berhasil. Usaha untuk saling membunuh terjadi disebuah pegunungan Appalachian, tempat Benjamin Ford menghabiskan masa tuanya untuk melupakan masa lalunya di medan perang sebagai seorang prajurit.

Hingga pada satu titik, Benjamin Ford berhasil menaklukkan sang mantan tentara Serbia yang tidak berdaya. Situasi sama ketika Emil Kovac tersungkur dengan tangan terikat yang siap dieksekusi pada saat perang Serbia dahulu. Akhirnya Benjamin Ford tidak membunuh Emil Kovac dan singkat kata terjadi perdamaian.

Begitulah kekuatan dari memaafkan, ketika salah satu pihak berani mengambil keputusan untuk memaafkan dengan mengorbankan ego dan perasaannya. Kita sering mendengar kata forgive but not forget, dua kata yang bertentangan satu sama lain. Ketika memaafkan seseorang, maka secara pribadi kita seharusnya telah melupakan segala kesalahan orang tersebut.
Sejarah dunia ini adalah sejarah peperangan, hingga saat ini, orang saling membunuh dan membantai. Suriah, Mesir, Nigeria dll adalah contoh dari begitu mengerikannya peperangan, yang dilakukan antara saudara, bahkan di Indonesia pun memilik sejarah kelam peperangan antar anak negri.
Kapan perang akan berhenti? sampai ada yang berani mengambil keputusan forgive and forget, and let's live together in the world that God has give to us for every one.

Salam Damai!