Sunday, March 9, 2014

12 Years a Slave dan Realitas Masa Kini

Film yang di sutradari Steve McQueen, dan dibintangi oleh aktor aktor ulung seperti Brad Pitt, Ciwetel Ejiofol, Michael Fassbender dll menceritakan kisah perbudakan pada jaman pra perang sipil di Amerika Serikat. Cerita dimulai ketika seorang saudagar kulit hitam kaya bernama Solomon Northup, yang memiliki keluarga bahagia di culik dan dijadikan budak. Kehidupannya berubah 180 derajat ketika dia dijadikan budak oleh para saudagar kulit putih di Amerika Serikat. Berbagai penyiksaan dan tekanan hidup dirasakannya bertahun tahun bersama para budak kulit hitam lainnya. Film yang ber genre drama ini benar-benar menguras emosi penonton, karena hampir seluruh alur ceritanya berisi penganiayaan dan penyiksaan terhadap budak kulit hitam. Mereka diperdagangkan seperi sebuah properti yang layak di perjual belikan kepada siapa saja yang sanggup membelinya. Bertahun tahun Solomon Northup menjadi budak, sampai pada suatu ketika ia bertemu dengan seorang pengawas pekerja berkulit putih, dan juga pejuang kemanusiaan yang bernama Bass (Brad Pitt). Disinilah jalan kebebasannya terbuka, ketika ia menceritakan kepada Bass bahwa ia sebenarnya adalah manusia bebas. Singkat cerita, ia pun terbebas dari perbudakan, dan menemukan kembali istri dan anak-anaknya yang terpisah selama bertahun-tahun.

Sumber: jateng.tribunnews.com
Cerita ini adalah kisah nyata yang disadur dari novel yang berjudul 12 years slave. Film 12 Years a Slave ini memiliki kemiripan dengan film Djanggo Unchained, dan The Butler, yang alur ceritanya mengenai perbudakan kulit hitam. Namun 12 Years a Slave dalam alur ceritanya benar-benar bertema satir dan penuh kesedihan, berbeda dengan Djanggo Unchained dan The Butler yang sedikit memiliki sentuhan humor. Film ini pun menyabet penghargaan piala oscar dari beberapa kategori seperti best Picture, best supporting actress, best adapted screen play. 

Apakah cerita diatas hanya terjadi pada masa lalu, dimana perbudakan masih dilegalkan?, apakah penganiayaan fisik yang diterima kaum lemah hanya terjadi di masa lampau?, ternyata jawabannya tidak. Lihat saja beberapa kasus yang terjadi belakangan ini, buruh-buruh disekap dan mengalami penyiksaan fiisk dan psikis. Peristiwa dari mulai kasus buruh panci di tangerang, buruh pabrik di Medan, dan pembantu rumah tangga yang disekap baru baru ini telah menyadarkan kita bahwa perbudakan masih terjadi saat ini. Diera modern, dan hukum serta aparatur telah berdiri kokoh, namun ada sisi kelam diera gemerlapnya kemewahan dunia dan perkembangan pengetahuan dan budaya.

Lihat saja, bagaimana orang miskin tidak memiliki akses mendapatkan pendidikan tinggi dan terbaik. Sekolah-sekolah internasional hanya milik orang-orang berduit, beasiswa-beasiswa diberikan hanya sekedar penutup betapa banyaknya kaum miskin yang tidak bisa bersekolah.
Ingat, pendidikan lah yang akan membawa setiap orang meningkatkan taraf hidupnya. Tanpa pendidikan anak tukang becak tetaplah anak tukang becak, anak sopir angkot tetaplah anak supir angkot.
Nothing is change without education!.
Twelve Years a Slave masih sangat relevan dengan potret kehidupan modern saat ini.


Salam Hangat,