Tuesday, December 2, 2014

Indonesia Investment Conference 2014

Pada tanggal 26 November 2014, saya mendapatkan kesempatan untuk menghadiri seminar kelas dunia yang di hadiri berbagai delegasi dari berbagai negara. Acara in sedianya dihadiri oleh presiden jokowi, dan juga beberapa mentri nya. Namun sayang, presiden yang saya tunggu-tunggu batal datang, untungnya beberapa menteri Presiden Jokowi hadir sehingga cukup mengobati kekecewaan saya saat itu. Beberapa menteri yang hadir diantaranya, Menko Perekonomian, Bapak Sofyan Djalil, Mentri Keuangan, Bapak Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, serta Gubernur Bank Indonesia, Bapak Agus Martowardojo. Masih banyak pembicara lainnya yang cukup menambah pengetahuan saya, terutama di bidang Investasi. Oh Iya, selain menambah pengetahuan, forum ini juga cukup membuat saya bahagia, kenapa? karena banyak makanan super lezat yang disediakan pada saat makan siang dan coffee break, lumayanlah, ada perbaikan gizi..biasanya makan telor dadar, dan sayur asem serta sebangsanya, jadi bisa makan makanan ala barat yang nama2nya jarang saya dengar dan tidak perduli apapun namanya..asal enak, langsung sikat..hahaha

Inti dari acara ini adalah, bagaimana Indonesia harus memaksimalkan potensi yang ada untuk mengundang Investor ke Indonesia. Mamaksimalkan potensi di sini adalah bagaimana indonesia bisa mempermudah regulasi, memberikan insentif ke pada para investor untuk kepentingan rakyat Indonesia. Saya pribadi berpendapat bahwa investasi adalah faktor penting dan salah satu cara untuk mensejahterakan rakyat. Dengan investasi, lapangan kerja terbuka dan tentunya tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia pun akan meningkat. Tentunya Investasi asing yang masuk tidak mengeksploitasi sumber daya alam Indonesia, namun dipergunakan secara bijak dengan memperhatikan kelestariannya dan bermanfaat untuk masyarakat sekitarnya.
Sofyan Djalil, Menko Perekonomian (Dok Pri)

Ada istilah menarik yang saya dengar dari forum investasi ini, istilah tersebut adalah Jokonomics. Apa itu Jokonomics? menurut nara sumber terpercaya, Jokonomics maksudnya adalah ekonomi kerakyatan, sesuai dengan image Pak Jokowi yg sederhana, merakyat, dan  down to earth. Ya, ekonomi yang memihak rakyat, terutama rakyat kecil...walaupun istilah ini juga masih harus di buktikan oleh beliau dalam pemerintahannya yang sedang berjalan..sesuai dengan moto kabinet beliau yakni kerja, kerja, dan kerja.

Akhir kata, semoga semua konsep-konsep yang selalu di utarakan di forum-forum yang terlihat indah, tidak hanya berhenti hanya di atas forum, namun dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Indonesia yang menurut saya sampai saat ini masih hidup GGD..alias gitu gitu doang...

Salam!


Solo, 2 Desember 14

Tuesday, August 5, 2014

Iblis Tidak Pernah Putus Asa

Salah satu sifat iblis yg patut dicontoh kita sebagai manusia adalah sifatnya yang tidak pernah putus asa untuk menjerumuskan manusia. Ya, itulah satu-satunya sifat iblis yang bisa kita contoh, selebihnya adalah hal yang menyesatkan. Iblis tidak pernah berhenti dengan menggoda manusia, di manapun kita berada, di gereja, di masjid, di rumah ya dimana mana dia selalu menggoda manusia. Hari ini gagal, besok ia akan datang kembali. Iblis akan terus menggoda sampai kita benar-benar jatuh kedalam dosa, dan binasa.
Iblis pandai memainkan teori konspirasi, terlihat menurut kita baik dan menyenangkan, tetapi akhirnya mengikat kita dan menjadi sebuah dosa. Contoh, kita sering menghadapi stress dengan cara meminum alkohol, pergi ke club malam, bahkan dengan narkoba. Semua itu terlihat baik dimata kita, tapi pada akhirnya semua itu membuat kita menjadi terikat dan tidak bisa lepas dengan hal-hal itu, itulah tipu daya iblis.

Tugas uama dari iblis adalah membuat manusia mabuk, ya mabuk dengan pesta pora dan kenikmatan dunia ini. Iblis akan membuat kita mabuk sampai kita benar-benar tersadar bahwa kita sudah terlambat untuk memperbaiki hidup. Iblis akan berusaha membuat kita mabuk dan lupa akan hari Tuhan yang akan datang dengan tiba-tiba, datang dengan tiba-tiba seperti jerat dimalam hari,

Jika iblis tidak pernah putus asa menggoda kita, maka kita juga tidak boleh putus asa untuk berjalan di jalan Tuhan. Maka Tuhan akan memberi belas kasihannya dengan menolong kita melawan tipu daya iblis. Jatuh kedalam dosa, bukan berarti kiamat. Tetap berjuang melawan Iblis, lawanlah iblis maka iblis akan lari dari hadapan kita.

Pagi ini entah mengapa aku menulis tulisan tentang iblis, tanpa inspirasi dan mengalir begitu saja. Apapun itu, tulisan ini bukan untuk pencitraan diri, tetapi sebagai pengingat untuk diri sendiri agar tetap waspada dengan tipu daya si Iblis.
Semoga tulisan ini bermanfaat buat kita semua.

Salam.

Saturday, August 2, 2014

Sayonara Kost-kostan Cilandak...


Hampir setahun aku tinggal di kost-kostan ini, suka duka, tangis tawa, kulalui ditempat ini. Ditempat inilah aku pernah menangis memikirkan wanita, tertawa, bercerita hingga larut malam dengan kekasihku (mantan kekasih maksudnya..hiks..). Ada perasaan haru, karena perjuangan menghadapi hidup ini kulalui sebagian ditempat ini. Pergi meninggalkan tempat ini berarti meninggalkan semua masa lalu, ya masa lalu...namun kenangannya takkan pernah hilang sampai kapanpun

Banjarsari 12 nomer 29...itulah nama tempatnya, ditempat ini aku berjuang menghadapi kehidupan, jatuh bangun menjadi bagian yang tak terpisahkan. Siklus kehidupan yang terkadang pahit, namun banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari semua nya.
Selamat tinggal kost2an,,, kenanganmu takkan pernah terlupakan...
Sayonara....!

Ditulis beberapa jam sebelum meninggalkan kost2an...
jakarta 2 Agustus 2014

Salam..




Sunday, July 27, 2014

Perbincangan Antara Ahli Keuangan dan Petani


Saya membaca kisah seorang ahli keuangan dan petani dari sebuah tulisan dari novelis Brazil, yaitu Palo Coelho. Kira-kira begini ceritanya.

Pada suatu hari seorang ahli keuangan pergi ke sebuah desa dan bertemu dengan seorang petani. Ahli keuangan ini melihat sang petani sedang memancing dan menghasilkan banyak ikan dari hasil tangkapannya itu.

Ahli Keuangan: hasil tangkapan bapak banyak sekali, tapi menurut saya itu tidak cukup untuk modal di hari tua bapak nanti. Bagaimana jika bapak pergi ke kota, bekerja, dan hasilnya anda tabung. Jika sudah banyak, anda bisa menggunakan jasa ahli keuangan untuk menginvestasikan tabungan bapak. Jika investasi bapak berhasil, maka anda akan jadi orang kaya di hari tua bapak, dan pada akhirnya anda tidak perlu bekerja dan anda bisa berlibur disebuah pulau, dan memancing di sebuah danau yang tenang.

Petani: Itulah yang saya kerjakan sekarang, mengapa saya harus bersusah payah dan menunggu bertahun tahun hingga hari tua saya..?



*Cerita ini bisa bermacam macam makna, tapi pesan yang saya tangkap adalah orang begitu rumit untuk mengejar kebahagiaan. Ukuran kebahagiaan berbeda beda dari setiap orang, kita bisa menciptakan kebahagiaan sekarang juga. Hal-hal sederhana bisa menjadi kebahagiaan bagi kita, tidak perlu memikirkan yang belum ada. Nikmatilah dan sukurilah yang ada, sambil menatap kebahagiaan yang lain dengan sabar dan berdoa.

Salam,

Ditulis pada waktu malam takbiran di Kranggan, Bekasi (27 Juli 2014)







Wednesday, May 7, 2014

Kunjungan Singkat ke Taiwan

Hampir tiga tahun lalu tepatnya Agustus 2011, saya meninggalkan Taiwan. Saya mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan Master di bidang bisnis administrasi kala itu dengan beasiswa penuh dari Southern Taiwan University of Technology, dan saya berhasil lulus kurang lebih dua tahun lamanya. Buat saya, Taiwan adalah sebuah kenangan karena berada di negara asing dengan penduduk yang berbeda budaya, serta perjuangan saya yang tidak mudah untuk menyelesaikan gelar Master dan juga bertahan hidup di negara itu. Perjuangan dari mulai belajar keras untuk mengikuti seluruh proses perkuliahan, penyusunan thesis yang tentu saja tidak mudah, sampai dengan bagaimana bertahan hidup dengan uang saku yang diberikan universitas kala itu. Tahun ke dua, yakni 2010, saya ikut bekerja di kafetaria kampus, hanya sekedar untuk menambah uang saku kala itu. Manis, asam, asin, itulah gambaran yang saya alami selama dua tahun di negeri Taiwan kala itu. Semuanya itu adalah kenangan yang tak bisa terlupakan sampai kapan pun juga.
Patung Sun Yat Sen


Setelah sekian lama saya meninggalkan Taiwan, akhirnya saya kembali dapat berkunjung ke negeri itu. Kali ini saya berkunjung ke Taiwan bukan dalam rangka belajar, tetapi dalam rangka training atau pelatihan dari perusahaan tempat saya bekerja saat ini, yakni Chunghwa Telecom. Perasaan campur aduk, seraya bersyukur kepada Tuhan karena diberikan kesempatan kembali datang ke Taiwan. Salah satu yang membuat saya rindu dengan Taiwan adalah keteraturan yang begitu luar biasa, baik sistem transportasi, maupun prilaku manusianya yang cukup tertib dan filosopi hidup mereka. Jika dibandingkan dengan Indonesia, maka sangat jauh bedanya dengan Taiwan, tanpa mengurangi rasa hormat dan kagum saya terhadap tanah air tercinta ini yang kaya akan sumber daya alam dan budaya nya, tapi masyarakatnya tetap saja masih banyak yang miskin.

Saya berkunjung ke Taiwan selama tujuh hari, tiga hari dalam rangka training, dan sisanya jalan-jalan ke tempat yang dulu pernah saya tinggali, yakni Kota Tainan. Di kota Tainan inilah saya belajar selama kurang lebih dua tahun, dan tidak pernah pulang selama dua tahun sampai saya lulus, demi menghemat uang.
Tanggal 22 kira-kira pukul 3 sore, saya tiba di Taoyuan international Airport, dan langsung meluncur menuju hotel tempat saya menginap. Saya langsung memesan taxi airport dan langsung meluncur ke hotel. Rupanya jarak antara airport dengan hotel cukup jauh, perjalanan memakan waktu lebih dari setengah jam. Mata saya terus menatap argo taksi yang semakin lama semakin naik angkanya, saya mencoba bersikap tenang dengan menikmati panorama taipei yang kala itu diguyur hujan rintik rintik, tapi tetap saja gelisah melihat argo taxi yang terus dan terus naik. Beberapa kali saya bertanya kepada sang supir "hen yuan ma?" yang artinya jauh bangat ya ? dia menjawab "jiou daole? yang artinya bentar lagi nyampe cuy, santai aja lu...dalam hati saya menjawab "muka lu santai.., dari tadi gak nyampe-nyampe". Memang saya salah prediksi, karena saya hanya membawa uang sebesar 2,000 NTD, yang setara dengan 600,000 IDR. Akhirnya hotel yang ditunggu tunggu sampai juga, saya pun membayar taxi dengan harga 1,300 NTD, jantung semakin berdetak kencang, karena uang tinggal tersisa 700 NTD.

Pengamen di stasiun MRT, Taipei

Setiba dihotel, saya langsung ke meja resepsionis, dan bertanya ruangan saya yang mana. Ternyata saya salah masuk hotel, nama nya memang sama yakni Ximen hotel, tapi karena saya di booking kan yang single bed, saya diarahkan oleh petugas hotel untuk berjalan kira kira lima menit dari hotel tersebut. Tiba dihotel tersebut saya langsung mandi, dan beristirahat sejenak.
Sun yat Sen Memorial Hall
Keesokan harinya, saya berangkat menuju perusahaan tempat saya Training, yakni Chunghwa Telecom Taiwan, yang berada di jalan Ai Guo Dong Lu. Dekat dengan Chiang kaisek Memorial Hall, sebuah tempat wisata yang cukup terkenal di Kota Taipei. Sesampai nya di Kantor tersebut, saya pun langsung memberi tahu bahwa saya tidak punya uang yang cukup untuk bertahan hidup di Taiwan selama tujuh hari. Dengan iba, atasan saya pun langsung memberi pinjaman sebesar 5,000 NTD, yang setara dengan 1,500,000 IDR. Hati pun kembali ceria, seraya berkata "thank you, you save my life"

Tidak ada yang istimewa dengan training, biasa biasa saja seperti kuliah saja, mendengarkan orang presentasi menjelaskan tentang bisnis perusahaan lokal dan internasional. Beberapa pengajar terpaksa menjelaskan materi dengan bahasa Inggris, karena bahasa Mandarin saya pas pasan. Banyak juga yang gelagapan, karena bahasa Inggris mereka tidak cukup baik, beda-beda tipis dengan saya.

Di depan kantor pusat Chunghwa telecom, taipei

Hari terakhir training pun, saya menyempatkan bertemu dengan sahabat lama saya yang dulu pernah kuliah di universitas yang sama, yakni Octa teman Indonesia, Fernando, teman dari Peru, dan Ken teman dari Taiwan serta pacarnya.
Keesokan harinya, saya berkeliling ke beberapa tempat wisata seperti Chiang kai sek memorial hall, dan Sun Yat Sen Memorial Hall. Kira-kira pukul 4 sore, saya pun meluncur dengan bus express menuju Tainan, perjalanan kurang lebih memakan waktu 5 jam.

Bertemu dengan sahabat lama di Taipei.

Setibanya di Tainan, saya seperti terhipnotis dengan suasana kota itu yang tidak banyak berubah. Banyak mahasiswa yang berseliweran, serta toko-toko yang tidak pernah sepi hingga larut tengah malam. Setiap langkah kaki begitu berarti, seperti mengenang masa lalu ketika mahasiswa dahulu. Yang paling membuat saya begitu exciting adalah ketika saya menginjakkan kaki di kampus tempat saya kuliah dulu. Ya, kampus ini tidak banyak berubah setelah di tinggal selama kurang lebih tiga tahun. Saya pun bertemu dengan sahabat-sahabat saya di kampus ini, dan berkeliling sejenak melihat-lihat beberapa bagian kampus yang tidak berubah. Kemudian saya menyempatkan diri berkunjung ke asrama mahasiswa, dan disana bertemu dengan teman-teman lama, yang sebagian masih berada di tempat itu. Makanan, minuman, suasana lingkungannya, cukup menghipnotis saya, karena bisa merasakan kembali suasana itu. Tidak lupa, saya pun membeli lu cha atau teh hijau yang cukup terkenal di tempat itu.

Masyarakat menyaksikan pertunjukan tradisional

Ya, itulah salah satu hadiah yang Tuhan berikan kepada saya. Tidak pernah saya membayangkan untuk bisa kembali ke tempat itu, namun saya diberikan kesempatan sekali lagi menikmati suasana Taiwan yang kedua kalinya. Tuhan memang baik, dan pemurah.

Itulah pengalaman singkat saya berada di kota Taipei, Tainan, serta Nantai. Walaupun cukup singkat, namun setiap detik begitu berarti, dan setiap langkah begitu berarti. Kota yang tidak begitu besar, namun tertib, tenang dan memiliki budaya yang unik, yang sedikit banyak perlu kita contoh, terutama disiplin dan keteraturan hidup dalam keseharian mereka.

Salam.
                                                                   

Sunday, March 9, 2014

12 Years a Slave dan Realitas Masa Kini

Film yang di sutradari Steve McQueen, dan dibintangi oleh aktor aktor ulung seperti Brad Pitt, Ciwetel Ejiofol, Michael Fassbender dll menceritakan kisah perbudakan pada jaman pra perang sipil di Amerika Serikat. Cerita dimulai ketika seorang saudagar kulit hitam kaya bernama Solomon Northup, yang memiliki keluarga bahagia di culik dan dijadikan budak. Kehidupannya berubah 180 derajat ketika dia dijadikan budak oleh para saudagar kulit putih di Amerika Serikat. Berbagai penyiksaan dan tekanan hidup dirasakannya bertahun tahun bersama para budak kulit hitam lainnya. Film yang ber genre drama ini benar-benar menguras emosi penonton, karena hampir seluruh alur ceritanya berisi penganiayaan dan penyiksaan terhadap budak kulit hitam. Mereka diperdagangkan seperi sebuah properti yang layak di perjual belikan kepada siapa saja yang sanggup membelinya. Bertahun tahun Solomon Northup menjadi budak, sampai pada suatu ketika ia bertemu dengan seorang pengawas pekerja berkulit putih, dan juga pejuang kemanusiaan yang bernama Bass (Brad Pitt). Disinilah jalan kebebasannya terbuka, ketika ia menceritakan kepada Bass bahwa ia sebenarnya adalah manusia bebas. Singkat cerita, ia pun terbebas dari perbudakan, dan menemukan kembali istri dan anak-anaknya yang terpisah selama bertahun-tahun.

Sumber: jateng.tribunnews.com
Cerita ini adalah kisah nyata yang disadur dari novel yang berjudul 12 years slave. Film 12 Years a Slave ini memiliki kemiripan dengan film Djanggo Unchained, dan The Butler, yang alur ceritanya mengenai perbudakan kulit hitam. Namun 12 Years a Slave dalam alur ceritanya benar-benar bertema satir dan penuh kesedihan, berbeda dengan Djanggo Unchained dan The Butler yang sedikit memiliki sentuhan humor. Film ini pun menyabet penghargaan piala oscar dari beberapa kategori seperti best Picture, best supporting actress, best adapted screen play. 

Apakah cerita diatas hanya terjadi pada masa lalu, dimana perbudakan masih dilegalkan?, apakah penganiayaan fisik yang diterima kaum lemah hanya terjadi di masa lampau?, ternyata jawabannya tidak. Lihat saja beberapa kasus yang terjadi belakangan ini, buruh-buruh disekap dan mengalami penyiksaan fiisk dan psikis. Peristiwa dari mulai kasus buruh panci di tangerang, buruh pabrik di Medan, dan pembantu rumah tangga yang disekap baru baru ini telah menyadarkan kita bahwa perbudakan masih terjadi saat ini. Diera modern, dan hukum serta aparatur telah berdiri kokoh, namun ada sisi kelam diera gemerlapnya kemewahan dunia dan perkembangan pengetahuan dan budaya.

Lihat saja, bagaimana orang miskin tidak memiliki akses mendapatkan pendidikan tinggi dan terbaik. Sekolah-sekolah internasional hanya milik orang-orang berduit, beasiswa-beasiswa diberikan hanya sekedar penutup betapa banyaknya kaum miskin yang tidak bisa bersekolah.
Ingat, pendidikan lah yang akan membawa setiap orang meningkatkan taraf hidupnya. Tanpa pendidikan anak tukang becak tetaplah anak tukang becak, anak sopir angkot tetaplah anak supir angkot.
Nothing is change without education!.
Twelve Years a Slave masih sangat relevan dengan potret kehidupan modern saat ini.


Salam Hangat,