Saturday, June 11, 2016

Perbincangan Singakat Dengan Supir Taxi

Pada Siang hari menjelang sore, saya berkesempatan berbincang-bincang dengan supir taxi.
Saya menanyakan tentang pendapatnya dengan Gubernur DKI Jakarta, yakni Bapak Basuku Tjahaja Purnama aka Ahok

Pertanyaan saya adalah cukup simple, apa pendapat Bapak mengenai Pak Ahok?
Beliau menjawab, Ahok itu adalah pemimpin yang baik, dan bersih. Lalu saya kembali bertanya; Tapi kenapa banyak yang tidak suka dengan beliau? sang Supir Taxi menjawab, yang tidak suka itu hanya kalangan politik saja, yang tidak bisa melakukan korupsi lagi. Intinya sang supir taxi puas dengan kepemimpinan Pak Ahok.

Lalu saya tanya kembali bapak supir taxi tersebut; kira-kira menurut bapak apakah Pak Ahok akan terpilih kembali? Beliau menjawab saya rasa tidak.
Saya kemudian bertanya balik ke beliau, Mengapa? bukankah bapak bilang Ahok adalah pemimpin yang bagus?
Dengan singkat beliau menjawab; memang bagus, ada tapinya..
Dia (Pak Ahok) kan orang asing, masa orang asing jadi pemimpin kita.
Sanya terdiam sesaat, mencerna maksud kalimat sang bapak yang kira-kira usianya sekitar 60 tahun lebih.

Begitulah sepenggal cerita dengan supir taxi ditengah kemacetan Jakarta.
Semoga kita sebagai warga bangsa, tidak menyebutkan kata-kata orang asing kepada etnis lain.
Siapapun dia, jika sudah menjadi warga negara Indonesia, dari etnis mana pun adalah warga negara Indonesia yang sah secara hukum dan sejarah kebudayaan.

Salam Nusantara

Friday, March 25, 2016

Makna Hari Raya Paskah 2016

Tuhan Yesus diadili oleh para pemimpin agama
Hari ini adalah hari Raya Paskah, yaitu hari yang saya percayai sebagai hari dimana Tuhan Yesus Kristus di salibkan. Hari Raya Paskah adalah simbol dari kasih Allah terhadap umat manusia, dimana Yesus Kristus telah mati di kayu salib untuk menebus dosa umat manusia.

Hari Raya Paskah adalah simbol dari kasih yang universal, dimana kita dituntut saling mengasihi satu sama lain. Saling mengasihi seperti kita mengasihi diri kita sendiri, itulah salah satu pesan penting Tuhan Yesus kepada murid-muridnya sebelum Ia disalibkan.

Pesan kasih ini seperti oase di padang gurun, dimana saat ini sangat banyak kekerasan terjadi dimana-mana. Banyak penderitaan, kelaparan, orang kehilangan tempat tinggal dan tidak ada yang peduli terhadap satu sama lain.

Saya berkesempatan menyaksikan film Passion of Christ di gereja pada saat ibadah Paskah hari ini, Film yang sangat memancing emosi penonton, dan banyak dari jemaat yang menangis dan meneteskan airmata menyaksikan film tersebut. Film ini mengisahkan kisah hari-hari Tuhan Yesus sebelum dan pada saat penyaliban Nya di kayu salib. Inti dari film ini adalah pengorbanan Nya di kayu salib, sehingga Ia mati di kayu salib untuk menebus dosa umat manusia.

Yesus sendiri disalibkan oleh para ahli-ahli agama yang menuduh Tuhan Yesus menyebarkan aliran sesat, dan menuduhnya menggunakan kuasa setan untuk mengadakan mukjizat. Ahli-ahli agama ini dikatakan oleh Tuhan Yesus sebagai orang-orang munafik, dimana mereka tahu semua hukum agama namun mereka tidak menjalankannya. Kalau kata orang sekarang omdo alias omong doang, tanpa aksi nyata.

Pengorbanannya di kayu salib tidaklah sia-sia, melainkan menyelamaatkan umat manusia dari hukuman dan dosa-dosa kita.

Peristiwa paskah ini adalah memiliki makna kasih, bukan hanya untuk umat Kristiani yang merayakannya, melainkan kita sebagai umat manusia harus memiliki kasih satu sama lain.

Aku pribadi sebagai umat Kristen ingin berjuang mempraktekkan kasih, dimulai dari hal-hal kecil.
Seperti yang Tuhan Yesus katakan, bahwa hukum yang terutama ialah mengasihi umat manusia seperti mengasihi diri kita sendiri, dan hukum kedua yang sama dengan hukum pertama yaitu mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, segenap pikiran, dan segenap jiwa.

Selamat Hari raya Paskah 2016, Tuhan memberkati. Amin

Wednesday, March 23, 2016

Indonesia Investment Forum 2016

Kemarin ada acara mengenai forum investasi yang diadakan Euro Money, sebuah lembaga yang kerjaannya mengadakan seminar tentang investasi di berbagai negara.
Kebetulan acara tahun ini diadakan di Indonesia, dan setiap tahun memang diadakan secara rutin di Indonesia. Pesertanya pun terdiri dari berbagai negara, baik Asia maupun Eropa.

Bintang tamunya pun orang-orang penting yang menduduki posisi penting di Indonesia, biasanya yang diundang adalah menteri-menteri yang terkait dengan investasi atau bidang keuangan.
Sandiaga Uno, Pinggir paling kanan sebagai salah satu pembicara
Tahun ini yang diundang adalah menteri keuangan, Bapak Bambang Brodjonegoro. Ada pula gubernur Bank Indonesia, Bapak Agus Martowardojo. Tahun lalu pun beliau juga menjadi pembicara utama di acara tersebut, dan tahun lalu pun saya ikut menghadiri acara tersebut.
Menteri Keuangan Bpk Bambang B.


Aku pribadi tidak banyak merasakan manfaat tersebut, karena yang dibahas di forum tersebut adalah topik umum yang sebenarnya bisa kita dapat dari internet atau mesin pencari Google. Tapi karena disuruh oleh bos, maka akupun menghadiri acara tersebut. Ditambah lagi makan siang gratis super enak dan super mewah kualitas hotel bintang lima.

Suasana di ruangan seminar pun cukup membosankan, mirip suasana perkuliahan. Kebanyakan para peserta seminar sibuk dengan smart phone nya masing-masing, sementara pembicara sibuk berbicara sendiri. Banyak keynote speaker yang hanya membaca teks, kemudian keluar ruangan tanpa peduli apakah pendengar memperhatikan omongannya atau tidak.

Walaupun begitu, tetap saya bersyukur karena bisa ikut acara tersebut, terutama karena makanannya yang lezat nan nikmat. Saya mungkin peserta yang makan dengan porsi warteg, dimana piring full dengan nasi dan lauk pauk. Sampai ada peserta yang terlihat heran dengan saya, mungkin dalam hatinya dia bilang begini " sudah dua hari belum makan kayaknya si kawan ini". Namun saya tidak perduli apa kata orang, yang penting perut kenyang. Ditambah lagi sehabis makan ada kopi Toraja tersedia, makin maknyeus...

Tuesday, March 15, 2016

Catatan Perjalanan Palangka Raya

Hari itu Selasa tanggal 8 bulan Maret 2016 adalah awal perjalananku menuju Palangka Raya, dengan tujuan melihat peristiwa gerhana matahari total. Jujur saja, aku bukanlah tipe orang yang suka traveling ke tempat-tempat jauh kecuali karena terpaksa. Entah mengapa mendengar kata gerhana matahari jiwa petualangan ku tiba-tiba bangkit, dan begitu semangat untuk menyaksikan peristiwa gerhana matahari total.

Singkat cerita, hari pertama di Palangkaraya aku berkunjung ke Stadion Mantikei untuk melihat atraksi budaya yang akan di gelar di tempat tersebut. Namun sayang, ketika sampai di stadion Mantikei acara telah selesai di gelar. Hanya sampah yang berserakan dan terlihat beberapa pekerja yang membereskan panggung-panggung hiburan. Sedih campur kecewa itulah perasaanku saat itu, karena tidak bisa melihat acara budaya dan tarian kolosal yang menurut berita digelar di tempat tersebut. 

Ketika aku hendak pulang ke hotel dengan naik angkot, tiba-tiba seorang ibu bicara denganku lalu berkata "mau ikut dengan saya?, saya mau ke Bundaran besar, disana acaranya lebih rame dan baru akan di mulai sore ini". Tanpa pikir panjang, aku pun langsung setuju dan mengikuti ibu itu dari belakang menuju Bundaran Besar. Dan benar saja, setibanya di Bundaran besar langsung terlihat sebuah pawai Ogoh-ogoh yang di arak di seputar Bundaran besar. Ogoh-ogoh adalah sebuah tradisi Hindu yang melambangkan sebuah patung raksasa yang diarak keliling untuk dimusnahkan, filosofi ritual ini adalah agar sifat jahat dalam diri setiap manusia dapat di hilangkan. Biasanya acara ini dilakukan sehari sebelum umat Hindu melakukan tapa brata atau Nyepi. 
Pawai Ogoh-Ogoh 
Setelah saya menyaksikan acara pawai Ogoh-ogoh tersebut, sang ibu tersebut mengajak ku ke tempat lain di seputar Bundaran Besar untuk menyaksikan Prosesi Balian oleh Suku Dayak. Prosesi Balian adalah ritual untuk mengusir roh jahat, agar pada saat gerhana matahari roh jahat tersebut lenyap (seperti yang dijelaskan oleh pembawa acara).

Sangkin asiknya menyaksikan acara ritual Balian tersebut, saya lupa melihat ibu yang telah mengantar saya tadi. Saya menengok kebelakang, namun ibu tersebut sudah tidak ada. Mungkin ibu tersebut pulang kerumahnya karena hari sudah larut malam.
Setelah acara Balian selesai, aku pun kembali ke hotel.

Hari kedua adalah hari yang aku nanti-nantikan untuk menyaksikan gerhana matahari total, yakni tanggal 9 Maret 2016. 
Pagi-pagi sekitar pukul 6.30, aku menuju Bundaran Besar untuk menyaksikan acara gerhana matahari total. Pada saat menyaksikan gerhana matahari total, aku berdecak kagum melihat peristiwa alam yang begitu dahsyat dan kebesaran Tuhan yang begitu agung. 
Selain gerhana matahari, acara juga diisi dengan banyak tari-tarian suku Dayak yang sangat memukau, sehingga para penonton pun berdecak kagum menyaksikan nya. Selepas acara gerhana matahari total, aku pun langsung menuju hotel untuk istirahat karena semalam hanya tidur sekitar dua jam.
salah satu pentas tari lokal
Hari ketiga adalah hari terakhir ku di Palangka Raya, dan merupakan hari yang sangat berkesan. Berkesan karena aku bertemu dengan teman-teman baru pada detik-detik terakhir ku di Palangka Raya. Selepas wisata susur sungai Kahayan, aku berniat menuju tempat pemeliharaan Orang Utan yang bernama Arboretum Nyaru Menteng. Dengan berbekal insting dan sedikit pengalaman pramuka pada saat sekolah dulu, aku langsung naik angkot tanpa bertanya dahulu kemana tujuan angkot tersebut. Setelah naik angkot, barulah aku bertanya kepada sang supir dengan polos nya dan berkata "Bang, Saya mau ke tempat Orang Utan.., nanti saya berhenti dimana ya bang?" Sang sopir terdiam selama beberapa detik, dan bingung harus menjawab apa. Beberapa saat kemudian, barulah sang sopir angkot tersebut menjawab dengan singkat "Waduh, jauh itu Bang..gak ada angkot kesana" Tanpa memberi solusi, dia pun terus tancap gas. Saya hanya pasrah saja seraya berdoa, semoga saya tidak di begal di tengah jalan. Setelah tidak ada penumpang lagi, sang sopir berkata kepada saya "Taxi mau kah?" saya bingung dan berkata dalam hati "taxi mana yg lewat di tengah hutan begini"? beberapa saat aku baru mengerti bahwa taxi yang ia maksud adalah carter angkot, dan aku pun setuju dan membayar Rp.170.000 PP. 
Setelah sampai di Arboretum, aku langsung menuju tempat Orang Utan dan disini lah saya bertemu dengan teman baru saya yakni Fernandes dan Arga. Arga adalah dokter hewan yang bertanggungjawab atas kesehatan Orang Utan di tempat tersebut.
Dari Kiri-Kanan (Fernandes, Saya, dan Arga)
Berkat merekalah aku bisa mengunjungi beberapa tempat wisata lainnya yang sangat menarik, aku sangat beruntung bisa bertemu dengan mereka.

Setelah sampai di Jakarta aku amat bersyukur karena telah melakukan perjalanan yang penuh dengan kesan, dan menambah wawasan nusantara ku terhadap budaya Indonesia. Ya, Palangkaraya kota kecil tetapi memiliki budaya dan kearifan lokal yang sangat indah. Serta masyarakatnya yang ramah, dan memiliki toleransi antar umat beragama yang sangat tinggi.

Terimakasih Tuhan atas perjalanan yang sangat berkesan ini.




















Wednesday, February 10, 2016

Kang Jack, Juru Parkir Pendiri sekolah Gratis

Kang Jack (Gambar: Detik.com)
"Memang saya putus sekolah, tapi saya ingin punya sekolah. Masa bikin sekolah itu harus menunggu kaya. Itulah sepenggal kalimat yang diucapkan oleh Undang Suryaman alias Jack, seorang lulusan SD yang mampu mendirikan Taman Kanak-Kanak (TK) gratis dilingkungan nya di daerah Rancaekek, Bandung. Kalimat diatas sungguh luar biasa, dia ingin mengatakan bahwa jika ingin berbuat baik jangan di tunda-tunda. Dia telah membuktikan perkataannya, dengan segala keterbatasannya dia mampu membuktikan kepada orang-orang di sekitarnya untuk mendirikan sekolah TK gratis. 
Banyak yang menganggap Kang Jack adalah penipu, karena orang-orang beranggapan bahwa apa yang dilakukannya hanyalah untuk mencari keuntungan semata. Cibiran dan perkataan yang memojokkan tidak ia indahkan, dia tetap maju dengan idenya yang ingin mendidik anak-anak yang kurang mampu untuk mendapatkan pendidikan gratis.

Orang-orang seperti Kang Jack adalah oase di padang gurun, sangat jarang ada orang yang mau peduli terhadap orang lain. Terlebih lagi, Kang Jack adalah orang yang hidup dari keterbatasannya sebagai seorang juru parkir di kampus Universitas Padjajaran Bandung. Banyak orang yang hidup berkelimpahan, namun tidak mau menyisihkan sebagian hartanya untuk membantu orang lain. Sebaliknya banyak pejabat atau wakil rakyat yang terbukti korupsi dan hidup bermewah-mewah dengan harta "rampasan" tersebut.

Cerita-cerita seperti ini harus disebarkan dan menjadi inspirasi bagi kita semua, terutama bagi pejabat negara. Mereka, kita dan siapapun yang mendengar cerita inspiratif ini bisa mencontohnya, bahwa dalam berbuat baik, kita tidak perlu menunggu kaya raya. 

Pesan moral cerita ini adalah, berbuat baiklah selama kita mampu melakukannya. Berbuat baik tidak harus melakukan hal-hal yang fantastis, berbuat baik bisa dari hal-hal kecil yang bisa meringankan beban orang lain.
Mari kita berbuat baik!

Salam.


Sumber bacaan Klik di sini

Friday, February 5, 2016

The Revenant

Gambar: (foxmovies.com)
Kemarin hari Rabu tanpa terjadwal saya menonton film produksi Hollywood dengan judul The Revenant, film ini dibintangi oleh Leonardo DiCaprio.
Film yang ber genre adventure dan action ini mengisahkan sekelompok Bangsa barat yang berpetualang untuk berburu bulu binatang untuk dijual kembali, namun naas mereka terjebak di tengah hutan dan terkepung oleh suku Ree yang mencoba untuk membunuh mereka.
Glass yang diperankan oleh Leonardo DiCaprio dan anaknya Hawk (Forrest Goodluck) hasil perkawinan dengan suku Indian menjadi bagian dari kelompok yang terjebak tersebut, mereka mencoba melarikan diri dari suku Ree yang mengejar mereka.
Namun naas, mereka terkepung oleh suku Ree dan sebagian anggota pasukan Barat tersebut tewas dalam penyerbuan oleh suku Ree.

Kisah ini dimulai ketika Glass dan rombongan mencoba lari dari suku Ree yang mengejar mereka, perlu dijelaskan disini bahwa suku Ree mengejar Bangsa Barat tersebut karena anak gadis dari kepala suku Ree di culik oleh salah satu kelompok Barat pemburu bulu.
Namun naas, Glass yang terpisah dari rombongan di terkam oleh Beruang. Glass nyaris tewas, namun beruntung ia dapat membunuh beruang tersebut namun dengan kondisi nyaris tewas dengan luka parah.
Singkat cerita, Glass berhasil ditolong oleh kelompknya dan membawa dia ke tempat aman. Namun salah satu temannya yakni John Fitzgerald (Tom Hardy) menghianatinya dengan meninggalkan dia sendirian dan juga membunuh anaknya.
Glass harus berjuang mati-matian untuk bertahan hidup dan demi membalas dendam anaknya yang dibunuh oleh Fitzgerald. Singkat cerita, dengan perjuangan yang begitu luar biasa akhirnya Glass berhasil membunuh Fritzgerald namun sang kapten yang menemani Glass tewas terbunuh oleh Fritzgerald.

Perjuangan Glass inilah yang menjadi inti dari film The Revenant, perjuangan hidup mati seorang manusia yang ingin bertahan hidup. Alur cerita dan dramatisasi dari perjuangan Glass inlah yang memukau saya, karena begitu mengerikan sehingga Glass berkata bahwa dia sudah pernah mati untuk menggambarkan begitu dahsyatnya perjuangan hidupnya.
Menurut saya, inti film ini bukan tentang balas dendam, namun perjuangan Glass inilah yang menjadi  inti alur cerita dari film ini. Perjuangan yang berhasil digambarkan dengan begitu mengerikan sehingga berhasil membuat penonton terpukau dan sesekali saya mendengar ekspresi penonton yang terpukau melihat ngerinya perjuangan hidup Glass.

Ada satu kalimat yang membuat saya terinspirasi, yang dikatakan oleh Glass yakni:
selama nafas masih ada, maka kita harus berjuang dan bangkit.

Film The Revenant saya beri nilai 8.5. Film ini menghibur dan menegangkan.

Selamat menonton!



Monday, January 25, 2016

Perlunya Memupuk Budaya Membaca Sastra Indonesia

Djenar Maesa Ayu
Karya sastra Indonesia amat beragam dan kaya akan karya-karya bermutu. Sebut saja Pramoedia Ananta Toer dengan karya-karyanya yang fenomenal seperti Rumah Kaca, Gadis Pantai, Jejak Langkah, Bumi manusia dan masih banyak karya-karya lainnya yang amat berkualitas.

Ada pula karya sastra yang cukup terkenal seperti Siti Nurbaya karya Marah Rusli, hingga kini tokoh Siti Nurbaya sering dijadikan sebagai contoh akan wanita yang kawin paksa oleh karena keadaan.

Untuk karya sastra yang muncul pada tahun 2001 hingga 2014 yang ditulis oleh Djenar Maesa Ayu yakni ; Mereka Bilang Saya Monyet!, Nayla, SAIA, Karya-karya Djenar Maesa Ayu lebih kepada kehidupan remaja kekinian yang sebagian karyanya bersifat provokatif dan emosional.

Karya-karya sastra diatas adalah karya yang luar biasa, dan amat disayangkan jika pelajar masa kini tidak tahu akan karya-karya tersebut. Membaca karya sastra adalah mempelajari budaya yang terkandung dalam cerita tersebut, dengan membaca sastra kita memperluas cakrawala budaya kita dan sekaligus meningkatkan kemampuan menulis dan berbahasa.

Sebagai Bangsa Indonesia kita wajib melestarikan karya sastra kita sendiri, Apalagi saat ini budaya luar sudah tidak dapat dibendung lagi akibat kemajuan informasi yang begitu maju.
Para generasi muda saat inilah yang akan melestarikan budaya sastra kita. Oleh karena itu semoga saja para pendidik di negeri ini tidak hanya mengajar bagaimana mendapat nilai tinggi, akan tetapi juga tidak lupa mengajari anak didiknya budaya membaca karya sastra Indonesia yang kaya akan budaya dan pesan-pesan moral di dalamnya.

Untuk membaca tokoh-tokoh sastra dan karyanya klik di Sumber bacaan


Salam Sastra.