Sunday, October 14, 2012

Berita Seperti Sinetron Berseri

Jika kita menyaksikan acara berita di TV, kita seperti menyaksikan sinetron berseri. Isi berita di olah sedemikian rupa menjadi dramatis, menegangkan, emosional, dan pada akhirnya tanpa penyelesaian yang jelas. Mengapa demikian? lihat saja isi berita seperti di TV swasta nasional seperti TV One dan Metro TV, berita-berita dominan yang dimuat adalah berita politik, korupsi, pertikaian antara politisi, partai politik dll. Berita tersebut ditayangkan secara berulang ulang, dan agar lebih menarik dibuat pula talk show yang menghadirkan para tokoh-tokoh politik dan para pengamat. Talk show di kemas sebagai sebuah hiburan kepada masyarakat untuk melihat dan menyaksikan konflik, perdebatan, dan diskusi-diskusi warung kopi yang tak berujung. Contoh acara yang paling terkenal saat ini adalah "Indonesian Lawyers Club (ILC), dimana talk show tersebut di bawakan sendiri oleh sang editor in chief nya TV one yakni Karni Ilyas-seorang wartawan senior yang piawai dalam mengolah berita. Dalam acara tersebut, menghadirkan para pengacara-pengacara dan para politikus dari kedua pihak yang berbeda sudut pandang, agar berimbang dan tentu saja lebih seru karena akan ada perdebatan ke dua kubu. Acara tersebut ditayangkan selama 3 jam, dan isinya hanya perdebatan-perdebatan antar dua kubu yang berbeda pandangan. Program acara yang juga sedang naik daun adalah "Mata Najwa", acara ini di tayangkan di Metro TV dan dibawakan langsung oleh Najwa Shihab sang wakil Pemimpin redaksi Metro TV, program ini juga tidak berbeda jauh dengan ILC, yaitu talk show dengan para nara sumber yang isi nya mengenai suatu topik yang sedang booming atau tentang suatu sejarah masa lalu yang sedang diperdebatkan. Saya tidak menyalahkan kedua acara tersebut sebagai program yang harus dihindari, hanya saja banyak sekali diskusi-diskusi yang membabi buta dari para pembicara, dan hanya pertentangan saja yang di sajikan ke masyarakat. Sementara inti dari berita pada dasarnya adalah menyajikan banyak fakta-fakta kepada para penikmat berita agar memperkaya informasi dan pengetahuan masyarakat umum.
Indonesian Lawyers Club. Program Talk show TV One dibawakan oleh Karni Ilyas sang Pemimpin Redaksi TV One.
Saya berusaha untuk menilai secara objektif terhadap isi berita, coba bandingkan dengan berita-berita yang ditayangkan oleh TVRI dan Liputan 6 SCTV, akan terlihat bahwa berita-berita di TVRI dan Liputan 6 lebih informatif, aktual, beragam, dan memperkaya informasi dan pengetahuan-pengetahuan baru para penontonnya. Sebagai contoh seringkali TVRI membuat berita-berita tentang pengetahuan budaya dari setiap daerah, peristiwa seperti masalah aktual di berbagai daerah seperti pertanian, pertahanan, militer, ekonimi kerakyatan dll. Intinya adalah berita yang disajikan di TVRI lebih bersifat informatif dari pada menyajikan berita-berita yang spektakuler, dan cenderung homogen yang disajikan secara berulang-ulang seperti yang ditayangkan beberapa stasiun TV swasta, yang saya rasa isi beritanya kurang informatif, bahkan bersifat memencing emosi penonton. Beberapa stasiun TV swasta bahkan menayangkan secara berkala tentang partai-parta tertentu yang dimiliki oleh para pemilik TV tersebut, sebut saja Nasdem (nasional demokrat) yang salah satu pendirinya adalah Surya Paloh, yang juga pemilik Metro TV. Ada lagi TV one, yang menurut saya, condong ke Partai Golkar dalam isi berita, yang ketua umumnya adalah Abu Rizal Bakri yang juga pemilik TV one. Saya tidak mengatakan bahwa TV one dan Metro TV subjektif dalam menayangkan berita, terutama dalam menayangkan partai-partai sang pemilik modal, hanya saja publik melihat ada benturan kepentingan didalam berita tersebut, terutama ketika menyajikan berita tentang salah satu partai sang pemilik stasiun tv tersebut.

Berita-berita seperti kasus korupsi, isu-isu politik, kebijakan-kebijakan pemerintah memang berita yang memiliki nilai jual tinggi, karena mampu menaikkan rating program tersebut yang pada akhirnya mendulang pendapatan melalui iklan yang berdatangan. Namun, menurut pendapat saya, ada etika, pembelajaran, yang harus dijunjung tinggi oleh para pegiat jurnalisme, yakni berita yang berimbang, informatif, dan mencerdaskan. Penonton tidak bisa memilih berita mana yang baik, namun tanggung jawab para jurnalis lah yang harus memilah milah berita yang pantas dan baik disajikan di masyarakat umum.

Bukan hanya perusahaan yang memiliki Corporate Social Responsibility (tanggung jawab sosial) kepada masyarakat, para jurnalis pun harus memiliki suatu tanggung jawab sosial kepada masyarakat dalam menyajikan berita kepada masyarakat baik dari segi isi berita maupun cara membawakannya.

Benturan kepentingan antara kebutuhan dan hak masyarakat dalam memperoleh berita dengan kepentingan pemilik modal dalam memperoleh laba hendaknya dapat di minimalisasi dengan etika jurnalisme yang harus dijunjung tinggi dalam penayangan berita.

Masyarakat membutuhkan berita yang informatif, mencerdaskan, beragam, dan berimbang.
Kalimat seperti Bad news is a good news hendaklah jangan disalahartikan dengan terus menerus menyajikan berita konflik, pertikaian, perdebatan tak berujung yang di lakukan oleh para elit politik demi mendulang iklan. Apalagi berita jangan sampai dijadikan sebagai alat politik dan propoganda oleh para pemilik modal untuk kepentingan pribadi dan golongannya.

Salam.