Friday, May 14, 2021

Tips Bertahan dalam Kepungan Virus Corona

Sudah dua tahun dunia dilanda virus Korona, dampaknya luar biasa bagi kehidupan umat manusia. Dari mulai kehilangan nyawa, sampai ladang pekerjaan yang hilang. Secara psikologis, banyak juga laporan penelitian yang mengatakan bahwa tingkat stress akibat terkurung dalam rumah sebagai dampak dibatasinya pergerakan manusia, membuat banyak orang stress. Bagi dunia pendidikan, khusus nya di Indonesia, banyak yang tidak siap untuk beradaptasi dengan efek dari virus korona. Bagaimana tidak, dunia pendidikan Indonesia belum siap dengan teknologi pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran jarak jauh sangat membutuhkan keahlian yang khusus, baik dari segi sumber daya manusia nya, yang harus mempunyai keahlian, bagaimana pengajar bisa menerangkan secara efektif dan efisien untuk murid nya. Kesiapan teknologi juga harus mumpuni, seperti tersedianya jaringan internet, peralatan yang memadai untuk guru dan juga murid.
Itulah beberapa dampak yang terjadi akibat pandemi virus korona, manusia di tuntut terus berfikir untuk bertahan dalam kepungan virus.
Corona Virus
Sampai saat ini, belum ada obat yang secara efektif menyembuhkan orang yang terinfeksi virus korona, yang ada adalah meringankan dan menyembuhkan dampak dari gejala virus korona tersebut.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat cepat, membuat para ahli kesehatan dan epidemiologi mampu membuat vaksin untuk menangkal virus korona masuk ke tubuh manusia. Walaupun tidak sempurna atau bersifat kedaruratan, namun vaksin di klaim mampu menurunkan, bahkan membuat manusia kebal dari virus korona. Berbagai vaksin bermunculan dari berbagai negara, mulai dari Cina yang menjadi awal dari pandemi menurut para ahli kesehatan. Cina berhasil membuat vaksin Corona seperti Sinovac, yang di klaim menciptakan tingkat efikasi atau kemampuan tangkal mencapai 65 persen, lalu Sinopharm yang tingkat efikasinya mencapai 70 persen. Lalu ada lagi vaksin Pfizer yang merupakan kerjasama dari perusahaan bioteknogi Jerman (BioNTech) dan perusahaan farmasi Amerika (Pfizer) yang di klaim memiliki tingkat efikasi hingga 90 persen, dan dipakai di berbagai negara Eropa dan Timur Tengah. Banyak lagi vaksin yang bermunculan, tentu dengan tingkat efikasi dan efek samping yang berbeda.

Distribusi Vaksin tersebar secara tidak merata, bahkan ada laporan dari Eropa bahwa vaksin di kendalikan oleh mafia demi keuntungan pribadi, seperti di Italia. Kita lihat dari pemberitaan, bahwa sebagian besar negara yang mendapat vaksin adalah negara maju, yang memiliki dana dan kemampuan teknologi. Sedangkan negara miskin, banyak yang belum mendapatkan akses vaksin. 
Kita ketahui, agar terjadi kekebalan kelompok (herd imunity), jumlah penduduk yang harus di vaksin adalah sekita 70 persen dari jumlah total penduduk. 
Di Indonesia, sejak tulisan ini di buat, orang yang sudah di vaksin di indonesia menjapai 7-8 juta penduduk, masih sangat jauh dari 70 persen untuk mencapai herd imunity.

lalu bagaimana cara untuk bertahan dalam kepungan virus korona. Menurut hemat saya, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan, untuk bertahan di kondisi pandemi ini.
Pertama, seperti anjuran pemerintah, kita harus melakukan 3 M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak). Sebisa mungkin menghindari kerumunan, yang dapat menyebarkan penularan virus.
Kedua, berdoa dan bersyukur kepada Tuhan. Dengan berdoa dan bersyukur maka akan timbul perasaan tenang, bersyukur, sehingga menghindari stress yang dapat menurunkan kekebalan tubuh untuk melawan virus.
Kekuatan terbesar ada di Tangan Tuhan, yang memiliki kuasa transedental yakni di luar kemampuan nalar manusia, dengan meminta pertolongan Tuhan agar terhindar dari virus korona. Namun demikian, kita juga harus mengikuti panduan ilmu pengetahuan, sebagai usaha kita untuk terhindar dari virus korona, seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Hendaknya kita memiliki hikmat dalam menyikapi pandemi virus korona ini. 
Seperti kata Albert Einstein:
“Science without religion is lame, religion without science is blind” 
"Ilmu pengetahuan tanpa agama itu pincang, agama tanpa ilmu pengetahuan itu buta"




Tuesday, May 11, 2021

"Bumi Manusia", Sebuah Novel yang Mengganggu Batin.

Novel "Bumi Manusia"

Bumi Manusia adalah sebuah karya sastra dari Pramoedya Ananta Tour, merupakan karya novel yang terdiri dari empat bagian (Tetra Logi). Buku ini saya beli sudah lama, sekitar dua tahun lalu, namun baru sempat di baca baru-baru ini. 

Saya bukan ingin mengulas jalan cerita dari novel tersebut secara detail, namun hanya ingin memeberikan sedikit "unek-unek" tentang novel atau karya sastra ini. 

Pada dasarnya, novel ini menceritakan tentang suatu masa pada jaman Hindia Belanda atau masa penjajahan Belanda di Indonesia kala itu. Dalam novel Bumi Manusia ini, ada beberapa tokoh utama yakni Minke, seorang muda yang terpelajar berpendidikan Eropa, lalu ada sebuah keluarga yang cukup terpandang, karena Seorang wanita pribumi yang menikah dengan bangsawan Belanda yakni Nyai Ontosoroh, dan menikah dengan Herman Mellema. Lalu keluarga ini memiliki anak laki-laki yang sering di panggil Robert dan Annelis seorang gadis cantik, atau kalau sekarang di sebut gadis Indo.

Pada suatu ketika, Ayah dari Annelis yang seorang Eropa ini meninggal dunia di racun oleh seorang Tiongkok, lalu singkat cerita menikah lah Annelis dan Minke, kebahagiaan yang tidak bertahan lama. Karena setelah itu, keluarga almarhun Tuan Herman Mellema di Belanda meminta hak harta yang di miliki Nyai Ontosoroh yang adalah ibu Annelis. Lalu keluarga Annelis di bantu Minke melakukan perlawanan di pengadilan, namun amat disayangkan, mereka kalah melawan keluarga besar almarhun Robert.

Yang membuat saya kecewa adalah, bahwa Annelis diharuskan dibawa ke Belanda dalam isi tuntutannya tersebut. Pada akhirnya, keluarga Annelis dan Ibu nya termasuk Minke kalah dalam perkara tersebut. Harta dan termasuk Annelis pada akhirnya harus di bawa ke Belanda.

Yang mengganggu saya adalah, mengapa Minke tidak ada perlawanan yang "sampai titik darah penghabisan" dalam merebut Annelis. Karena di ceritakan, pada saat mereka kalah, sepertinya tidak ada usaha Minke dalam merebut Annelis dari orang Belanda tersebut. Pikiran saya seharusnya Minke membawa lari Annelis atau berjuang sampai titik darah penghabisan merebut Annelis, karena Annelis adalah harga diri Minke dan bagian yang tak ternilai dalam hidup Minke.

Kekecewaan saya berikutnya adalah, Annelis di gambarkan sebagai wanita yang lemah. Puncaknya, pada saat ia di bawa dengan kapal ke Belanda, dia sakit-sakitan karena putus asa. Annelis tidak memiliki daya juang sama sekali untuk bertahan hidup, atau tidak punya keinginan untuk bertemu kembali dengan Minke suaminya dan Ibu nya tersebut. Pada novel Bumi Manusia ini, tidak di kisahkah bagaimana nasib Annelis selanjutnya, baru pada novel berikutnya dari rangkaian tetra logi, yaitu Anak Semua Bangsa, Annelis di ceritakan meninggal dunia.

Saya sangat terpukul sekali melihat nasib tragis Annelis, yang menjadi korban melawan kesewenang-wenangan bangsa Eropa, yang seperti tidak mengganggap orang pribumi sebagai bangsa yang harus di hormati. Inilah mengapa saya sangat sedih melihat cerita cinta Minke dan Annelis, dan mengganggu batin saya, tidak "happy ending".