Monday, January 19, 2015

Dari Apartemen, Kembali ke Kost2an..


Tidak terbayangkan bagi saya memiliki pengalaman untuk tinggal di apartemen mewah di Jakarta, ya itulah yang saya alami ketika saya tinggal di apartemen milik teman saya di pusat kota Jakarta -Rasuna Said. Ceritanya begini, ketika itu saya ingin mencari kost2an yang dekat tempat saya bekerja di daerah kuningan Barat. Cari punya cari, ternyata gak dapet-dapet kost2an yang cocok baik dari segi kantong, maupun kenyamanan. Sekalinya dapet yang cocok, atapnya bocor pula..akhirnya batal ngekost di tempat itu. 

Entah mengapa setiap nyari kost2an, yang punya selalu bilang "lagi gak ada yang kosong..." apa mungkin tampang saya tampang bakal nunggak kos2an, sehingga mereka pada bilang begitu..hanya Tuhan yang tahu. Pastinya semua gang, jalan sempit, lorong-lorong kecil sudah saya telusuri tetapi hasilnya nihil. Mungkin seperti Pak Jokowi blusukan, hanya saja saya gak sampai ke gorong-gorong untuk mencari kost-kostan. 

Memang benar pepatah yang mengatakan, kalau kita berusaha pasti ada jalan. Di saat hampir putus asa dalam mencari kost-kostan, tiba-tiba teman saya menawarkan apartemen ke saya dengan syarat dan ketentuan berlaku -mirip iklan yang ada jebakan Batman nya-, syarat nya adalah harus siap pindah ketika ada yang ingin menyewa apartemen itu. Maklum saya hanya membayar seharga kost-kostan, dengan kualitas apartemen yang mewah.

Akhirnya saya Deal dengan teman saya, saya pun begitu gembira karena bisa merasakan tinggal di apartemen dengan harga kost-kostan walaupun terbayang syarat dan ketentuan berlaku nya yang mengerikan itu. Saya pun tinggal di apartemen tersebut hampir sekitar 6 bulan. Memang enak tinggal di apartemen, setiap turun ke bawah, satpam selalu hormat, dengan mengatakan "selamat pagi/malam pak". Saya bak bos besar yang punya apartemen mewah, yang selalu di hormati pada saat keluar dan masuk apartemen.

Singkat cerita, hari yang ditakuti itu pun datang juga. Teman saya mengatakan bahwa akan ada penyewa baru yang akan menghuni apartemen tersebut, mendengar kata-katanya itu saya bak disambar petir di siang bolong.  Saya pun pura-pura menjawab santai saja, dan berpura pura tidak kecewa dan mengatakan "Ok, gak masalah, memang pada akhirnya pasti ada yang menyewa kan", padahal dalam hati saya berkata, "kampret, keluar juga gw dari tempat yang enak ini.."

Akhirnya saya pun kembali ke habitat semula, yaitu kost-kostan berukuran 3X4 meter yang tidak begitu jauh dari kantor tempat saya bekerja. Hari pertama tinggal di kost-kostan, saya meriang, mencret, dan sakit kepala. Maklum saja, tadinya yang tinggal di apartemen, tiba-tiba tinggal di kost-kostan sempit..Sakitnya Tuh Disini..."
Hari demi hari saya pun berjuang untuk menyesuaikan diri di kost-kostan tersebut, Akhirnya sekitar seminggu saya baru bisa menerima keadaan yang memilukan ini, seraya berkata dalam hati" mudah-mudahan saya bisa punya apartemen suatu saat nanti..Aminnnn....!
Sesudah tinggal dua bulan di kost-kostan, akhirnya saya baru benar-benar bisa tinggal dengan nyaman di kost-kostan ini, dan mendapatkan hikmah dari peristiwa ini, yakni yang penting adalah bukan seberapa besar tempat tinggal yang kita huni, tetapi seberapa nyaman tempat tinggal itu..*seraya mengelus dada dan mencoba menerima keadaan ini.

Sekian cerita saya, semoga bermanfaat.

Salam,