Monday, July 1, 2013

Perjuangan Hidup Sang Pramuniaga

Training pramuniaga di toko sepatu BATA

Saya bekerja sebagai Management Trainee di sebuah perusahaan retail salah satu perusahaan asing asal Swiss. Pada suatu hari saya ditempatkan di salah satu shoe store yang terletak di sebuah mall di Cilandak, Jakarta selatan. Di toko tersebut ada lima orang karyawan, dan satu orang retail dealer atau yang biasa disebut store manager.
ketika saya ditugaskan selama tiga hari di toko tersebut, beberapa pramuniaga mengungkapkan isi hati nya kepada saya, atau curhat-curhatan. Pramu niaga tersebut mengatakan bahwa perlakuan dari sang store manager kurang mengenakkan terhadap para pramuniaga. Beberapa contoh nya adalah beban kerja yang berlebihan namun tidak diberikan insentif yang layak. Secara struktural memang para pramuniaga tidak masuk dalam jajaran karyawan tempat saya bekerja, namun para pramuniaga tersebut langsung di rekrut oleh sang retail dealer tersebut. Semua gaji, dan fasilitas yang menjadi hak pramuniaga menjadi tanggung jawab sang retail dealer dan bukan perusahaan tempat saya bekerja.

Selama tiga hari saya berada di tempat tersebut, saya turut merasakan bagaimana sulitnya menjadi pramuniaga. Mulai dari beban kerja yang panjang, yakni masuk pukul 10.00 pagi hingga pukul 10.00 malam. Mereka harus bersikap ramah, dan help full terhadap customer yang datang. Rasa bosan yang saya rasakan karena harus berdiri di toko selama berjam -jam membuat saya merasakan beban mereka. Ya, mereka berjuang untuk keluarga, dan diri sendiri.
Rata-Rata mereka berusia 20-25 tahun, hanya satu orang yang sudah berkeluarga berusia sekitar 35 tahun.

Berada di toko selama tiga hari, membuat saya merasakan perjuangan mereka, dan betapa gigihnya mereka berjuang untuk keluarga mereka. Sejak saat itu saya mulai bersikap untuk tidak sekali-sekali meremehkan pekerjaan mereka sebagai pramu niaga.
Mereka pun berharap kepada saya untuk membuat laporan ke pihak management tentang keadaan ini. Saya pun berusaha membuat mereka sedikit lega, dengan sedikit memberikan nasehat dan menjanjikan akan memberikan feed back terhadap kondisi mereka ke pihak management.
Hidup memang keras, dan ada rasa syukur di hati saya karena saya tidak bernasip seperti mereka, sekaligus sedih karena perjuangan mereka yang begitu luar biasa.
Semoga kita tidak mengangkap remeh setiap profesi, dan selalu menghargai profesi apapun, karena manusia tidak diukur dari tingginya jabatan, tingginya gelar atau pangkat, melainkan seberapa besar kita berguna bagi orang lain.
Bravo pramuniaga!

Salam.

No comments:

Post a Comment