Friday, July 6, 2018

Piala Dunia dan Pilkada

Raina Premiera Gumay, anak Indonesia yang menjadi player escort/pendamping sepakbola di Piala dunia Rusia 2018
Piala Dunia dan Pilkada, dua kata berbeda, namun memiliki makna yang sama yakni berkompetisi untuk menjadi pemenang. Pilkada (Pemilihan kepala daerah) adalah ajang pertarungan orang-orang yang ingin menjadi pemimpin di suatu daerah, sedangkan piala dunia adalah kumpulan tim sepak bola terbaik dari berbagai negara yang ingin menjadi juara piala dunia. Pilkada dan Piala dunia sama-sama menuntut kejujuran atau fair play dari setiap kontestan, dalam piala dunia sudah ada wasit yang akan mengadili pemain bila ada yang tidak sesuai dalam aturan sepak bola, dan bila terjadi pelanggaran, wasit langsung menindak pemain pada saat itu juga dan kita pun dapat melihat dan menilai apakah wasit jujur atau tidak. Dalam Pilkada, pelanggaran oleh peserta pemilu akan ditindak oleh wasit yang namanya Bawaslu (badan pengawas pemilu).

Pilkada yang bersih akan menciptakan seorang pemimpin yang jujur dan terlegitimasi di dalam masyarakaat, dan tentu pada akhirnya rakyat akan memiliki pemimpin yang berkualitas, dan bebas korupsi. Betapa pentingnya memilih pemimpin yang berkualitas, karena nasib rakyat banyak akan ditentukan oleh pemimpin tersebut. Sama dengan pilkada, piala dunia yang bersih dan fair play, akan membuat pertandingan enak di tonton dan menghibur. Bayangkan jika salah satu tim, bahkan tim favorit kita melakukan tindakan yang tidak fair dilapangan hijau, pertandingan pun akan tercoreng dan tidak menghibur dan tontonan pun akan menjadi tidak menarik.

Saya pribadi memandang antara piala dunia dan pilkada sama tapi tak serupa, persamaannya sudah diuraikan diatas. Perbedaannya adalah piala dunia menyajikan pertandingan yang menghibur kita, terutama karena saya pencinta sepak bola. Namun dalam pilkada, banyak hal-hal yang membuat dahi berkerut, entah itu karena persaingan yang tidak sehat atau pun perilaku dari para calon pemimpin tersebut yang mengumbar kebencian, fitnah dan seringkali dilakukan terang-terangan oleh para pendukung calon pemimpin tersebut.

Di Televis nasional, terutama TV berita, hampir semua berita di dominasi oleh berita pilkada atau politik, dan membuat kita jemu bahkan membuat contoh yang tidak baik bagi masyarakat yang menonton jika ada tindakan yang tidak fair yang dilakukan oleh para pendukung maupun calon pemimpin itu sendiri.
saran saya, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) perlu membatasi TV nasional dalam menayangkan berita politik, supaya masyarakat tidak terpapar oleh dampak negatif dari berita-berita politik tersebut walaupun tidak selalu demikian, namun kebanyakan berita politik dipenuhi dengan kampanye kebencian, intrik, dan persaingan yang tidak sehat.
Piala dunia,menyajikan tayangan-tayangan segar dan menarik, serta menghibur penonton dan menjadi inspirasi bagi kita agar bisa memajukan sepak bola Indonesia dan berharap suatu saat Indonesia bisa tampil di piala dunia selanjutnya.

Kesimpulan penulis, piala dunia lebih memancarkan aura positif dari pada pilkada terutama di layar kaca. Walaupun Pilkada banyak memancarkan aura negatif, namun kita tidak boleh anti atau apatis terhadap politik, karena politik mau tidak mau menentukan nasib kita kedepan. Menonton dengan akal sehat dan menyaring informasi, adalah cara agar kita tidak keracunan dan terpapar efek negatif berita politik.
Salam piala dunia yang menarik, dan pilkada yang membosankan.



No comments:

Post a Comment