Hari ini umat Kristen di Indonesia merayakan hari raya Natal, seperti biasa perayaan berlangsung meriah dan ramai di berbagai daerah. Beberapa stasiun TV menayangkan prosesi perayaan natal diberbagai gereja di Indonesia. Acara-acara bertemakan natal pun bermunculan di televisi, seperti paduan suara, khotbah natal, misa natal, dan bahkan ucapan selamat natal mulai dari masyarakat umum, pejabat pemerintah, sampai pimpinan partai politik bertaburan di televisi.
Sepintas perayaan natal tahun ini terlihat berjalan lancar, aman, dan terkendali, kalo dilihat di televisi.... Tapi tahukah kita, ada dua peristiwa penting di perayaan natal kali ini, yang menurut saya adalah gambaran atau lebih tepatnya representasi dari kehidupan toleransi beragama di Indonesia, apakah itu?
pertama, saudara-saudara kita yang ingin merayakan natal di HKBP Philadelpia Bekasi tidak dapat merayakan natal karena dihadang oleh sekelompok massa yang tidak ingin jemaat Philadelpia merayakan ibadah natal (Kompas, 25 Dec, 2012). Kedua, jemaat GKI Yasmin di Bogor pun mengalami nasib serupa, dihari natal, jemaat GKI Yasmin yang ingin merayakan natal dihadang oleh Satpol PP, akibatnya jemaat tidak bisa melakukan ibadah di GKI Yasmin.
Jemaat HKBP Philadelphia dan GKI Yasmin melakukan ibadah natal di depan istana negara (sumber : Kompas ,25 Dec 2012) |
Peristiwa yang tidak kalah anehnya adalah pemandangan Natal yang seharusnya pemandangan yang damai, ceria, dan tentram justru sebaliknya, polisi berpakaian preman, dan berpakaian dinas bertebaran di gereja-gereja di berbagai daerah. Natal yang seharusnya terlihat damai dan sejuk, malah seperti peristiwa sedang terjadi perang dan harus dijaga agar tidak dihancurkan orang.
Saya ingin bertanya, dimana letak toleransi dan kebebasan beragama ? dimana peran pemerintah yang KATANYA melindungi hak-hak kaum minoritas ? dan bukankah kebebasan menjalankan ibadah dijamin undang-undang ? katanya negara hukum, kok hukum rimba yang berlaku...weleh weleh ....
Peristiwa tersebut sudah terjadi berlarut-larut tanpa ada solusi dan keinginan pemerintah untuk menyelesaikan masalah secara tegas.
Saya juga menantikan tindakan Pak SBY yang tegas dan berani, sebab beliau baru saja mendapatkan gelar kehormatan kesatria dari Kerajaan Inggris.
Sekali lagi inilah anomali kehidupan toleransi di negeri ini, pejabat-pejabat dengan wibawa mengatakan negeri ini negeri yang aman , saling menghormati, tepo seliro, bertoleransi, di saat yang bersamaan tawuran antar kampung terjadi dimana-mana, ibadah keagamaan kerap terganggu.
Tulisan ini tidak bermuatan politik, sara, kebencian, atau apapun yang negatif....hanya mencoba melukiskan kegelisahan hati sang penulis, dan berharap kedepan keadaan semakin membaik.
Selamat Hari Natal.
Salam untuk Indonesia yang lebih baik.
No comments:
Post a Comment