Friday, October 4, 2013

Plak....! Lalu Ku Tampar.

Itulah yang terjadi ketika seorang wartawan bertanya kepada Akil Mochtar, seorang tersangka kasus korupsi dan seorang Ketua Mahkama Konstitusi (MK). Pertanyaan wartawan yang membuat Pak Akil marah besar yakni "Apakah Bapak siap untuk potong jari jika bapak terbukti bersalah"? (kompas.com), alih-alih mendapatkan jawaban, wartawan tersebut justru mendapatkan cap lima jari alias tamparan dari Pak Akil, Plak....!begitu kira-kira bunyinya jika dibayangkan. Sebagai informasi, ketika menjadi juru bicara MK, Akil Mochtar pernah mengusulkan pemiskinan koruptor dan juga potong jari koruptor jika bersalah.
Akil Mochtar tampar wartawan (detik.com)
Sebagai orang Indonesia, saya sudah tidak kaget lagi dengan berita pejabat negara ditangkap KPK karena korupsi, basi cuy...! tiap hari kaleeee hehehe. Ya itulah cerminan negeri yang saat ini sedang berusaha menata kehidupannya dengan perbaikan di berbagai sektor. Disaat sebagian kecil pejabat yang masih jujur berusaha untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa ini, ada sebagian besar pejabat yang justru melakukan perusakan dari dalam, seperti korupsi yang sedang menjamur di negeri ini.
Disaat sebagian besar warga Miskin Indonesia berjuang untuk makan, minum, dan menyekolahkan anak-anaknya, malah ada pejabat yang tega melakukan korupsi untuk memperkaya diri sendiri.

Ketika saya mendapat pelatihan sales staff di beberapa mall di Jakarta, saya sering melihat orang tua yang membeli sepatu anak-anaknya dengan biaya bantuan pemerintah atau KJP (kalau tidak salah kartu jaminan pendidikan). Miris juga y, melihat orang tua untuk membeli sepatu anaknya saja yang paling mahal harganya Rp.200.000, harus pakai KJP. Bagaimana dengan pejabat yang tidak pernah bersinggungan dengan KJP? yang bisa menyekolahkan  anak-anaknya keluar negeri, yang tentu saja beli sepatu anaknya tidak pakai KJP.

Saya sangat yakin bahwa siapapun kita, sebagai manusia ciptaan Tuhan, tidak akan luput dari hukuman Tuhan, gak ada obatnya, jika hukuman Tuhan sudah murka. Ironis sekali melihat pejabat yang tadinya jadi penghukum orang bersalah, malah jadi orang yang dihukum.

Sebuah ironi, dan simbol dari sebuah jaman yang mengalami dekadensi moral ditengah peradaban manusia yang berkembang pesat.

Salam.


No comments:

Post a Comment